SUMSEL – Kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) yang terjadi di Sumatra Selatan dan menghanguskan seluas 139 hektare, terjadi di atas lahan milik beberapa pejabat lama, yang kehabisan modal untuk mengelolanya.
Menurut Kepala Bidang Penanganan Kedaruratan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sumatra Selatan, Ansori, sebagian besar lahan yang terbakar di dua desa di Kecamatan Pemulutan Barat dan tiga desa di Kecamatan Indralaya Utara tersebut bukan milik warga sekitar.
“Di lokasi terbakar itu banyak plang nama pemilik lahannya. Kalau lahan itu punya pengusaha, pasti diusahakan tidak akan dibiarkan menjadi lahan tidur. Ini bekas pejabat lama yang mau bangun, tapi tidak ada modal lagi. Kalau pengusaha pasti akan diusahakan lahan itu supaya produktif,” kata Ansori, Jumat (9/8/2019), dilansir dari CNNIndonesia..
“Tanah di lahan tersebut bersifat asam sehingga sulit dimanfaatkan untuk pertanian,” kata Ansori.
Berdasarkan penyelidikan sementara, penyebab kebakaran terindikasi ulah manusia, karena lahan gambut di kawasan tersebut sulit terbakar akibat kekeringan. Lahan itu masih mengandung air yang menyebabkan lahan tetap basah.
Lahan asam yang tidak bisa ditanami pertanian tersebut, menurutnya, menjadikan aksi membakar lahan untuk membuka lahan menjadi percuma. Namun setiap tahunnya diketahui memang kawasan itu langganan kebakaran.
“Penyebab awal secara teori tidak mungkin hidup sendiri, jadi kemungkinan besar dibakar. Tapi kalau dibakar untuk apa. Motifnya enggak jelas kalau ini ulah manusia karena lahannya bukan untuk dimanfaatkan. Kemungkinan besar kelalaian,” ujar Ansori.
Saat ini, kebakaran di sekitar jalan Tol Palembang-Indralaya tersebut sudah padam. Pihaknya memantau titik api yang terjadi pada Kamis (8/8) di Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI) dan Penukal Abab Lematang Ilir (PALI). ***