Oase Dakwah: Menghidupkan Sistem Sosial Islam di Tengah Krisis Peradaban

SAUDARAKU yang dirahmati Allah, kita hidup di zaman yang penuh ujian: arus globalisasi menghantam nilai kita, sekularisme merusak tatanan keluarga, kapitalisme melahirkan kesenjangan sosial.

Umat Islam, yang dahulu menjadi rahmat bagi seluruh alam, kini menjadi objek penderitaan sosial. Mengapa? Karena kita menjauh dari sistem yang Allah turunkan untuk mengatur kehidupan manusia: Syariat Islam sebagai pedoman sosial.

“Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai-berai.” (QS. Ali Imran: 103).

Persatuan umat dan tatanan sosial yang harmonis hanya mungkin jika kita kembali kepada nilai Islam yang sempurna. Islam bukan sekadar ibadah ritual, tetapi sebuah sistem yang mengatur seluruh aspek kehidupan, sebagaimana ditegaskan oleh Imam Hasan al-Banna:

“Islam adalah sistem yang menyeluruh, mencakup negara dan tanah air, pemerintah dan umat, akhlak dan kekuatan, rahmat dan keadilan.”

Mengapa Kita Harus Kembali ke Sistem Sosial Islam?

Mari kita jujur. Kerusakan sosial yang kita saksikan hari ini bukanlah kebetulan. Pergaulan bebas, narkoba, perceraian massal, korupsi, kesenjangan sosial—semua ini adalah akibat kita meninggalkan pedoman Allah. Rasulullah ﷺ bersabda:

“Barangsiapa di antara kalian melihat kemungkaran, maka ubahlah dengan tangannya; jika tidak mampu, maka dengan lisannya; jika tidak mampu, maka dengan hatinya, dan itu selemah-lemahnya iman.” (HR. Muslim).

Sayyid Qutb dengan tegas mengingatkan: “Umat ini tidak akan bangkit kecuali dengan manhaj yang membangkitkannya pertama kali, yaitu Islam.” (Ma’alim fi al-Tariq).

Fakta Krisis Sosial

Angka perceraian di Indonesia meningkat 50% dalam 10 tahun terakhir (Data BPS). 64% remaja urban terjerat seks bebas (Data BKKBN). 1% penduduk menguasai lebih dari 50% kekayaan nasional (World Bank).

Ini bukan sekadar angka, ini adalah jeritan nurani umat. Sistem sosial sekular telah gagal menegakkan moral dan keadilan. Islam adalah solusi, sebagaimana ditegaskan oleh Allah:

“Sesungguhnya Allah memerintahkan kamu untuk menyampaikan amanah kepada yang berhak dan apabila kamu menetapkan hukum di antara manusia, hendaklah kamu menetapkannya dengan adil.” (QS. An-Nisa: 58).

Konsep Sosial Islam: Solusi Hakiki

Islam datang untuk membangun masyarakat berbasis iman, akhlak, dan keadilan. Abdul Qadir Audah menulis:

“Syariat Islam bukan sekadar hukum, tetapi rahmat yang menjamin keadilan sosial dan melindungi masyarakat dari kerusakan.”

Prinsip Utama Sistem Sosial Islam

  1. Tauhid sebagai fondasi → Semua manusia sama di hadapan Allah.
  2. Ukhuwah Islamiyah → Ikatan iman lebih kuat dari ikatan darah.
  3. Keadilan Sosial → Hak setiap individu dijaga, termasuk fakir miskin dan anak yatim.
  4. Amar Ma’ruf Nahi Munkar → Kontrol sosial yang mendidik, bukan menghukum secara buta.

“Tolong-menolonglah kamu dalam kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam dosa dan permusuhan.” (QS. Al-Maidah: 2).

Langkah Dakwah dan Aksi Sosial

  1. Tarbiyah Ruhiyah dan Sosial

Gerakan dakwah harus fokus pada pembinaan iman dan akhlak. Hasan al-Banna berkata: “Perbaikan individu adalah jalan menuju perbaikan masyarakat, dan perbaikan masyarakat adalah jalan menuju kebangkitan umat.”

  1. Membangun Ukhuwah dan Solidaritas

Persatuan umat harus dihidupkan kembali. Tidak ada kemenangan tanpa kesatuan. QS. Al-Hujurat: 10 menegaskan: “Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara, maka damaikanlah antara kedua saudaramu.”

  1. Amar Ma’ruf Nahi Munkar dengan Hikmah

Kontrol moral bukan sekadar menghukum, tapi mendidik. Nabi ﷺ bersabda: “Agama adalah nasihat.” (HR. Muslim).

  1. Perjuangan Politik dan Sosial

Sayyid Qutb menulis: “Kebebasan sejati hanya ada di bawah hukum Allah, bukan hukum manusia.”

Menghidupkan Lembaga Hisbah Modern

Dulu, Hisbah menjaga pasar dari kecurangan, mencegah kemungkaran di ruang publik. Kini, kita butuh Hisbah Digital:

  1. Mengawasi konten media sosial yang merusak moral.
  2. Mencegah eksploitasi ekonomi.
  3. Menegakkan etika bisnis sesuai syariah.
  4. Menjawab Tantangan Modern

Globalisasi melahirkan budaya permisif. Anak-anak kita dibanjiri konten pornografi, liberalisme, dan hedonisme. Apakah kita akan diam? Abdul Qadir Audah berkata:

“Diam atas kerusakan adalah bentuk pengkhianatan terhadap amanah Allah.”

“Dan hendaklah di antara kamu ada segolongan orang yang menyeru kepada kebaikan, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung.” (QS. Ali Imran: 104).

Ajakan untuk Bangkit

Saudaraku, kebangkitan umat bukan mimpi jika kita kembali kepada syariah Allah. Mari kita mulai dari diri sendiri: perbaiki akhlak, perkuat ukhuwah, dukung hukum yang adil. Kita jadikan masjid, sekolah, dan rumah kita sebagai pusat dakwah sosial.

Hasan al-Banna mengingatkan: “Kewajiban kita lebih banyak dari waktu yang kita punya, maka jangan sia-siakan sedetik pun.”

Oase dakwah ini bukan sekadar kata, tapi panggilan untuk jihad sosial. Kita ingin masyarakat yang adil, beradab, dan diridhai Allah. Kita ingin kembali menjadi umat terbaik:

“Kamu adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah.” (QS. Ali Imran: 110).

Semoga Allah meneguhkan langkah kita dalam membangun masyarakat islami yang kuat, bersatu, dan bermartabat. Allahu ‘Alam.***


PenulisSyekh Sofyan Siroj Abdul Wahab | Seluruh materi dalam artikel ini murni disusun dan menjadi tanggung jawab penulis.
x

Check Also

Ustaz Adi Hidayat Paparkan 5 Amalan Khusus Hari Jumat, Ini Pesan Mendalamnya Bagi Umat Muslim

Hari Jumat dikenal sebagai hari istimewa dalam Islam, yang disebut sebagai sayyidul ayyam atau penghulu segala hari. Dalam ...